Pada saat ini, sebuah IC dapat
berisi jutaan komponen. Komponen-komponen tersebut sedemikian kecilnya sehingga
keseluruhan rangkaian hanya menempati luas area kurang dari 1 cm2. Wafer Kristal
silikon sebagai bahan awal, berdiameter sekitar 10 cm sampai 30 cm sehingga
pada permukaan waferini dapat dibuat puluhan sampai ratusan rangkaian
lengkap.Untuk produksi massal bahkan ratusan wafer dapat sekaligus digunakan
dalam suatu proses pabrikasi secara bersamaan. Secara garis besar, proses
pembuatan silikon kristal wafer dapat dijelaskan dengan gambar berikut ini:
A.
Bahan awal Silicon untuk aplikasi PV
dan IC harus mengandung kemurnian 99% atau metalurgi-grade (MG). Ini diperoleh
melalui pengurangan Coke (karbon) dalam sebuah tungku bunga api. Reaksi
keseluruhan dapat dianggap sebagai: SiO2 + C ->CO2 + Si
Proses selanjutnya adalah proses pemurnian dengan melarutkan
Silicon Metalurgical Grade kedalam larutan Asam (HCl) sehingga terbentuk
larutan Chlorosilanes. Dan kemudian dilakukan proses distilasi (pemisahan cairan
yang berbeda titik didihnya) sehingga didapatkan cairan Trichlorosilane
(SiHCL3).
Cairan SiHCl3 kemudian menuju proses reduksi menggunakan gas
Hidrogen sehingga terciptalah Polycrystalline Silicon atau yang banyak dikenal
sebgai Polysilicon. Karena sudah dalam bentuk padatan, zat ini lebih stabil
untuk dilakukan transportasi (ekspor). Indonesia berpotensi untuk mengekspor
zat ini daripada hanya mengeskpor pasir silika saja.
Polysilicon kemudian dipanaskan (dilelehkan) sampai suhu
1500 C dan menggunakan teknologi khusus (dalam hal ini teknologi dari Siemen
Jerman yang banyak digunakan) akan menghasilkan kristal silicon dalam bentuk
padatan rigid. Kemudian batangan kristal silicon inilah yang kemudian dipotong
tipis-tipis dengan gergaji berbahan Diamond sehingga terbentuk lempengan wafer
atau slice.
wafer yang masih utuh. Wafer
Fabrication terdiri dari :
a) Cleaning
Silikon
wafer harus senantiasa bersih (tidak terkontaminasi partikel organik maupun
logam) dalam setiap tahapan proses Wafer Fabrication. Adapun yang paling banyak
digunakan adalah metode RCA Clean.
b) Oxidation
silikon
menawarkan berbagai kemudahan antara lain kemudahan untuk membentuk lapisan insulator
berkualitas tinggi di atas permukaannya melalui proses oksidasi.Yaitu
terjadinya reaksi kimia antara silikon dengan oksigen atau uap air pada
temperatur antara 1000oC - 1200oC sehingga membentuk lapisan film Silicon Dioxide
(SiO2) pada permukaan wafer yang bersifat stabil pada temperatur tinggi dan
merupakan salah satu bahan insulator terbaik
c) Photolithography
Photolithography merupakan proses
utama pada Wafer Fabrication, dimana pola mikroskopik yang telah didesain
dipindahkan dari masker ke permukaan wafer dalam bentuk rangkaian nyata.Diawali
dengan memberikan lapisan photoresist (cairan kimia yang bersifat
photosensitive) pada permukaan wafer.Kemudian pada silikon wafer yang sudah
dilapisi photoresist tersebut diletakkan di atasnya masker/reticle berbentuk
lempengan kaca transparan yang telah dipenuhi pola circuit (die) yangsejenis
yang akan dibuat, lalu dipaparkan terhadap sinar UV sehingga lapisan
photoresist pada permukaan wafer yang terekspos langsung sinar UV akan mudah
dikelupas dengan bantuan cairan kimia khusus.Maka pada permukaan wafer akan
terlihat pola circuit seperti pola pada masker/reticle
d) Ion Implantation
Ion implantation ialah proses
menanamkan atom impuritas (ion) ke dalam silikon wafer yang tidak tertutup oleh
lapisan photoresist dengan bantuan tegangan listrik (untuk mengatur kedalaman penetrasi
ion) dan arus listrik (untuk mengatur jumlah ion)Atom impuritas itu sendiri
berfungsi untuk mengubah sifat kelistrikan dari silikon wafer
e) Etching
Teknik etching yang dipakai adalah
Wet Etching yaitu dengan menggunakan cairan kimia yang mampu menyebar ke segala
arah dengan sama rata(isotropic) untuk meluruhkan lapisan SiO2 pada permukaan
silikon wafer. Kelemahannya adalah bagian lapisan SiO2 yang berada tepat di
bawah lapisan photoresist juga sebagian ada yang ikut luruh,sehingga akan
menjadi masalah tersendiri jika jalur polanya sangat tipis.
f) Chemical Vapor Deposition (CVD)

g) Sputter Deposition
Proses sputtering memanfaatkan medan
listrik untuk mengambil ion Argon positif agar membentuk lapisan logam tipis (film)
pada target yang berada di permukaan silikon wafer.
h) Chemical Mechanical Planarization
(CMP)
CMP adalah kombinasi penggunaan
metode kimia (untuk melunakkan terlebih dahulu lapisan materialyang akan
dibuang) dan mekanik (penggosokkan dengan polishing slurry) untuk membuang
material-material yang tidak diperlukan pada permukaan silikon wafer sehingga
hanya material-material yang dibutuhkan saja (sesuai desain) yang masih
menempel pada permukaan wafer.
Dari semua proses yang sudah
dijelaskan di atas dan dikombinasikan dengan proses lainnya yang jumlahnya
sangat banyak, salah satunya adalah Metallization (untuk menghubungkan semua komponen
yang terkandung (resistor, kapasitor, transistor dll) sehingga membentuk
rangkaian IC yang sesuai dengan desain yang sudah direncanakan), maka hasil
akhirnya adalah sejumlah IC (Die) yang masih menyatu pada sebuah silikon wafer.
1. Wafer Test
Die-die yang dihasilkan pada proses
Wafer Fabrication tidak 100% berfungsi dengan baik. Untuk mengetahui die mana
saja yang rusak, diperlukan pengetesan awal. Setiap jenis die yang diproduksi
memiliki alat pengetesan tersendiri yang disebut probe card. Alat spesial ini
dibuat khusus untuk setiap jenis die yang berbeda, tetapi semuanya telah
dilengkapi dengan jarum kecil yang dirancang sedemikian rupa supaya pas
dengan posisi bond pad pada die yang akan dites. Silikon wafer yang akan dites
kemudian dijepit pada alat penjepit yang terdapat pada Wafer Prober.Wafer
Prober sepenuhnya dikendalikan oleh Tester, yaitu sistem komputerisasi yang
diprogram secara otomatis untuk menggerakan Probe Card guna melakukan pengetesan
berbagai sifat kelistrikan pada setiap die yang terdapat pada permukaan silikon
wafer kemudian menandai setiap die yang tidak berfungsi dengan baik (rusak).
2. Packaging
IC Silicon yang sudah berbentuk die
perlu penanganan yang hati-hati karena mudah pecah walaupun sudah diberi
lapisan pelindung khusus maka diperlukan pengemasan/packaging.
a) Silikon wafer yang sudah dites
diletakkan di atas blue tape yang dibentangkan pada logam yang permukaannya
rata dengan bagian belakang yang tidak memiliki circuit menempel pada permukaan
blue tape tersebut. Kemudian dilanjutkan dengan pemotongan silikon wafer menja dipotongan-potongan
die dengan menggunakan pisau khusus (bermata berlian) yang berkecepatan tinggi.
Potongan-potongan die akan tetap menempel pada permukaan blue tape.
b) Potongan die yang bagus (telah
lolos pengujian awal) dicabut dari blue tape dan dipindahkan keatas lead frame
(komponen yang terbuat dari tembaga yang berfungsi sebagai kaki-kaki pada IC) dan
direkatkan dengan epoxy kemudian dipanaskan agar epoxy mengeras dan die tidak
terlepasdari lead frame. Proses pencabutan dari blue tape dan pemindahan ke
atas lead frame dilakukan oleh mesin secara otomatis.
c) Wirebonding, yaitu proses dimana
kaki-kaki lead frame dihubungkan ke bond pad yang terdapat pada die dengan
menggunakan benang emas (gold wire). Pekerjaan ini juga dilakukan oleh mesin secara
otomatis.
d) Molding, yaitu menutup lead frame
dengan menggunakan compound yang dipress pada temperature dan tekanan udara
tertentu sehingga die dan benang emas yang semula terbuka akan tertutup oleh compound.
e) Solder Platting, yaitu proses
penyepuhan kaki-kaki IC dengan timah sehingga kaki-kaki yang terbuatdari
tembaga tersebut berwarna perak.
f) Marking, yaitu proses pemberian
label tipe IC , part number, nama perusahaan, tanggal dan lain sebagainya untuk
memudahkan identifikasi selanjutnya.Teknik molding seperti yang diuraikan di
atas, menyebabkan kemasan luar IC lebih besar daripadaukuran die di dalamnya.
Efeknya, sinyal frekuensi tinggi dari IC sedikit terganggu.
Teknik untuk mengatasinya diberi
nama Flip Chip. Pada teknik ini, terlebih dahulu dibuat bond pad yang merupakan
pasangan untuk connecting pad yang terdapat pada die yang akan dikemas.
Kemudian pada bond pad yang telah disiapkan tersebut diberi timah yang
membentuk bola-bola kecil (bump).Setelah semua bond pad terisi oleh bump,
selanjutnya dipasangkan dengan connecting pad pada die untuk kemudian
dipanaskan sehingga keduanya menyatu oleh timah yang meleleh.
3. Final Test
Pengujian akhir dilakukan terhadap
semua IC yang sudah selesai dikemas dengan tujuan agar IC yang mengalami
kerusakan selama proses packaging tidak ikut terkirim bersama-sama dengan IC
yang bagus. Metode pengujian akhir ini hampir sama dengan pengujian awal
terhadap silikon wafer, bedanya IC yang sudah jadi tidak memerlukan lagi Wafer
Prober tetapi menggunakan Handler. Handler juga sepenuhnya dikendalikan oleh
Tester guna melakukan pengetesan berbagai sifat kelistrikan pada setiap IC
sekaligus memilah-milah kualitas dari masing-masing IC.
Comments
Post a Comment